liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Melihat Lebih Dekat Lokasi Pelajar Tendang-Pukul Nenek di Tapsel


Medan

Kasus murid menendang nenek tua di Tapanuli Selatan (Tapsel) mendapat perhatian Psikolog Anak Irna Minauli. Menurutnya, tindakan mahasiswa tersebut menunjukkan kurangnya empati dan sopan santun.

“Banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan remaja menunjukkan kurangnya pemahaman sosial akan norma dan moral yang baik terhadap orang lain, terutama orang yang lebih tua. Mereka kehilangan empati dan tidak bisa membedakan nilai baik dan buruk,” kata Irna, Senin (21/11/2022).

Menurut pengamatan Irna, siswa yang duduk di SMKN 1 Angkola Timur memiliki gangguan perilaku dan perilaku tidak patuh.

“Kalau dilihat dari kepribadian anak, kemungkinan besar mereka memiliki gangguan perilaku atau gangguan sikap menentang yang menyimpang. Anak mudah marah dan tersinggung sehingga melawan penguasa,” ujarnya.

Menurut Irna, kepribadian yang ‘miskin’ dalam hal tata krama dan tata krama menyebabkan siswa ini dianiaya.

“Tidak adanya teladan yang baik di lingkungan sosial, sekolah dan keluarga seringkali memicu munculnya masalah kenakalan di kalangan remaja. Pola asuh yang salah dimana anak terlalu dimanjakan dengan pola asuh yang permisif atau permisif daripada gaya otoriter dari orang tua menyebabkan anak tidak memiliki sikap yang baik, memahami nilai-nilai sosial,” jelasnya.

Terkait pola asuh, Irna mengingatkan para orang tua sering melakukan kesalahan dalam memprioritaskan teladan untuk diteladani oleh anaknya.

Banyak orang tua yang sebelumnya ingin menerapkan pola asuh demokratis namun kemudian melangkah ke pola asuh permisif yang cenderung menempatkan anak sebagai tokoh utama dan orang tua melepaskan anak karena sering merasa kewalahan dan tidak tahu harus bagaimana lagi. hubungannya dengan anak. Kontrol yang seharusnya dimiliki orang tua kemudian mengambil alih anak-anaknya,” jelasnya.

Tak hanya itu, Irna juga menyebut faktor ketidakhadiran sosok ayah sebagai panutan sang anak dinilai kurang. Akibatnya, anak-anak ini memiliki potensi besar untuk melakukan kejahatan.

“Selain itu, kurangnya peran ayah sebagai sosok yang berwibawa dan teladan yang baik diduga menjadi salah satu penyebab kenakalan remaja. Kajian tentang ketiadaan ayah ini menunjukkan adanya kaitan antara kurangnya peran seorang ayah dengan perilaku kriminal, terutama pada anak laki-laki. ,” jelasnya.

Selain itu, kata Irna, situasi rumah tangga yang tidak harmonis, baik kekerasan dalam rumah tangga maupun keluarga yang tidak utuh, berpotensi terjadinya perbuatan asusila pada anak.

“Keluarga yang tidak utuh juga turut andil dalam kasus tersebut, apalagi ketika terjadi konflik yang disertai dengan kekerasan dalam rumah tangga. Anak yang terpapar kekerasan serta memiliki masalah hubungan akademik dan sosial membuat anak menggunakan kekerasan sebagai pelampiasan rasa frustasinya. Mereka merasakannya. .” pungkasnya. .

Simak Video “Kisah Sedih Nenek Perawan, Menderita Stroke dan Hidup Sendirian di Kandang”
[Gambas:Video 20detik]
(bpa/bpa)